Rabu, 01 September 2010

Dermato Musculo Skeletal


PENGAMBILAN SPESIMEN BAKTERI

Yang dimaksud dengan pengambilan sampel adalah mengambil specimen atau sampel atau bahan pemeriksaan dari penderita, dengan memperhatikan waktu pengambilan, cara pengambilan, dan banyaknya sampel yang diambil. Ada pula sampel diambil dari luar penderita yaitu dari lingkungan/ sekitar penderita, misalnya air, makanan, minuman, dsb. 
A.    Cara  Pengambilan Sampel Luka (Kulit)
a.       Waktu pengambilan
Setiap waktu boleh diambil. Idealnya sebelum penderita mendapatkan pengobatan dengan antibiotika
b.      Cara pengambilan
-          Menyiapkan cotton bud steril, media Carry and Blair sebagai media transport dan tempat steril untuk menyimpannya.
-          Menghapuskan luka atau kulit yang akan diambil sampelnya dengan cotton bud. Hindari cotton bud kontak dengan sekeliling luka atau kulit yang akan diambil sampelnya
c.       Jumlah yang diambil dan penanganannya
-          Dua sampai tiga batang cottun bud yang sudah dioleskan pada luka atau kulit tersebut dimasukkan ke dalam media transport
d.      Penyimpanan
Cotton bud berisi sampel dapat langsung digunakan untuk pemeriksaan atau apabila dimasukkan ke dalam media transport dapat disimpan pada suhu kamar selama 3 jam, sedangkan jika disimpan dalam lemari es dapat mencapai 15 hari.









Staphylococcus aureus
Morfologi :
Gram positif, kokus, kecil-kecil, diamater 0,8-1 mikron, berkelompok yang tidak teratur seperti kelompok buah anggur yang biasa disebut staphylococcus, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak.

Kultur dan Biokimia :
Blood agar plate       : koloni sedang sampai besar, smooth, keping, berwarna putih sampai kuning, hemolitik atau anhemolitik
Manitol Salt Agar    : koloni kecil sampai sedang, smooth, kuning dikelilingi oleh zona berwarna kuning juga
Nutrient Agar           : koloni berwarna putih sampai kunig, smooth, keping, cukup subur
Manitol                     : asam baik diinkubasi pada kondisi aerob maupun anaerob
Positif test                :  katalase test, staphylase test, D-Nase test test, koagulase test
Negatif test              :  oksidase test

Isolasi dan Identifikasi :
Hari I:
-    Spesimen ditanam pada media Blood Agar plate dan Manitol Salt Agar plate
-    Masukkan ke dalam inkubator dalam suhu 37 derajat celcius, 24 jam

Hari II:
-          Koloni yang tersangka Staphylococcus dilakukan pewarnaan gram
-          Jika gram Staphylococcus gram positif ditanam pada media nutrient agar, D-Nase agar, gula manitol.
-          Inkubasi 37 derajat celcius, 24 jam

Hari III:
-          Diamati dan dicatat pertumbuhan pada masing-masing media
-          Hasil pengamatan pada media dan tes-tes dibandingkan dengan sifat-sifat kultur dan biokimianya, untuk ditentukan diagnosanya


Streptococcus pyogens
Morfologi :
Gram positif, streptokokus yaitu coccus kecil-kecil yang berbentuk bulat bola atua oval, berpasangan, memebntuk rantai pendek atau panjang, tidak berspora, tidak bergerak, ada yang berkapsul.

Kultur dan Biokimia :
Blood agar plate    :  kecil-kecil, diameter 0,5 - 1 mm, smooth, bulat, jernih, sedikit cembung, berwarna putih sampai abu-abu , beta hemolitik
Blood Broth          :  keruh, hemolitis (terjadi warna merah di atas endapan eritrosit)
Mac Conkey agar  : tidak tumbuh
Endo agar              :  tidak tumbuh
Positif test             :  oksidase test
Negatif test           :  katalase test

Isolasi dan Identifikasi :
Hari I:
-    Spesimen ditanam pada media Blood Agar plate
-    Masukkan ke dalam inkubator dalam suhu 37 derajat celcius, 24 jam

Hari II:
-          Koloni yang tersangka Streptococcus dilakukan pewarnaan gram
-          Jika Streptococcus gram positif ditanam pada media Blood agar tube dan Blood Broth
-          Inkubasi 37 derajat celcius, 24 jam

Hari III:
-          Diamati dan dicatat pertumbuhan pada masing-masing media
-          Hasil pengamatan pada media dan tes-tes dibandingkan dengan sifat-sifat kultur dan biokimianya, untuk ditentukan diagnosanya





Mycobacterium leprae
Nama lain : Hanssens bacillus

Penyakit yang ditimbulkannya adalah kusta, lepra, leprosy, Hanseniasis, Hansen’s disease atau morbus hansen

Ciri – Ciri :
* berbentuk batang lurus atau batang bengkok; 0,2 - 1,4  x  1 - 7 µm
* terdapat pada sel lepra dan bebas pada saluran limpa
* hasil pemeriksaan langsung : packet of cigar’s (globy)
* bersifat tahan asam, gram positif, nonmotil, tidak berspora, diduga berkapsul yang dapat rusak ketika diwarnai oleh carbol fukhsin
* basil yang berasal dari lesi yang akut : warna lebih baik; lesi yang diobati : kurang menyerap warna   
      Didapat INDEKS MORFOLOGI
* Bakteri yang tidak dapat memenuhi Postulat Koch
* Waktu generasi bakteri ini terpanjang : 20-30 hari
* Waktu inkubasi : kaki mencit 5-6 bulan, pada manusia 10-12 tahun

Penderita lepra memberikan hasil positif pada TES LEPROMIN, yaitu suatu tes imunologis yang spesifik pada kulit yang dilakukan dengan menyuntikkan secara intrakutan dari antigen yang dibuat dari nodul lepromatous.

Tujuan dari tes lepromin (sekarang menggunakan antigen Darmedra) :
* untuk mengetahui ketahanan hospes terhadap M. leprae
* menentukan prognosis penyakit leprae
* membantu menegakkan diagnosis penyakit lepra
* mengetahui hasil pengobatan terhadap penyakit lepra

Pembacaan hasil dari tes lepromin :
* Early Fernandes Reaction (dibaca setelah 48 jam)
Reaksi timbul cepat dalam waktu 24 - 48 jam.
Positif : terdapat erytema dan indurasi
Negatif : bila hanya terdapat eritema atau tidak ada perubahan pada tempat suntikan
* Delayed Mitsuda Reaction (dibaca setelah 4-6 minggu)
Positif : terdapat populae kecil yang timbul setelah 7 - 10 hari, kemudian berubah menjadi papula besar, yang selanjutnya menjadi nodul dengan diameter 1 cm
Negatif : tidak ada reaksi local, atau reaksi local yang positif kemudian berubah menjadi negative (disebabkan adanya basil lepra yang utuh)

Evaluasi hasil Tes Lepromin
Untuk mengetahui daya tahan hospes :
* Pada lepra yang ganas, selalu diperoleh tes lepromin yang  negative pada tipe lepromatus yang dini memberikan reaksi positif dan berhubungan dengan prognosis yang baik      
* Hasil tes lepromin negatif terjadi pada tipe lepromatous akut, dimana penderita dalam kondisi prealergia
* Hasil tes lepromin positif, selain pada lepra dini (tipe tuberkuloid) juga terdapat pada anak-anak yang divaksinasi BCG.

            Bentuk klinis :
*  International Conggres of Leprosy di Madrid     (1953) : terdapat 4 bentuk infeksi oleh M. leprae                  
* 1966, Ridley dan Jopling, membagi :
1. Tuberkuloid (TT) type
2. Borderline tuberculoid (BT) type
3. Borderline borderline (BB) type
4. Borderline lepromatous (BL) type
5. Lepromatosus leprosy (LL) type

Tuberkuloid (TT) :
* Daya tahan tubuh penderita masih tinggi : tes lepromin postif (+) kuat
* Pertumbuhan bakteri lambat
* Pemeriksaan bakteriologis hampir selalu negative, bila positif     tidak dalam bentuk globi
* Kurang infeksius
* Gejala penyakit :
Adanya lesi berupa bercak makulo anestetik dan hipopigmentasi yang terdapat disemua tempat terutama       pada wajah dan lengan, kecuali ketiak, kulit kepala, perineum          dan selangkangan. Batas lesi jelas berbeda dengan kulit disekitarnya. Hipopigmentasi merupakan gejala yang menonjol. Lesi dapat mengalami penyembuhan spontan atau dengan pengobatan selama tiga (3) tahun. Gejala neurologis tampak pada  stadium dini berupa anestetik, pembengkakkan saraf dan paralisis terutama mengenai N. auricularis magnus; N. peroneus superfisialis dan N. unaris

Borderline Tuberculoid (BT)
Gejalanya sama dengan tipe TT, tetapi lesi lebih kecil, tidak disertai adanya kerontokan rambut dan perubahan saraf hanya terjadi pembengkakan.

Borderline Borderline (BB)
* Pada pemeriksaan bakteriologis ditemukan beberapa basil
* Tes lepromin memberikan hasil negatif
* Lesi kulit berbentuk tidak teratur, terdapat satelit yang mengelilingi lesi dan distribusinya asimetris
* Bagian tepi dari lesi tidak dapat dibedakan dengan jelas terhadap daerah sekitarnya.disertai adanya adenopathi regional

Borderline Lepromatous (BL)
* Lesi berupa makula dan nodul papula yang cenderung asimetris.
* Kelainan saraf timbul pada stadium lanjut
* Tidak terdapat gambaran seperti terjadi pada tipe lepromatous, yaitu tidak disertai madrosis, keratitis, ulserasi maupun facies leonina

Lepromatous Leprosy (LL)
* Bakteri M. leprae pada bentuk klinis LL bersifat ganas dan infeksius
* Daya tahan tubuh hospes rendah, karena terjadi gangguan imunitas seluler
* Tes lepromin negatif dan prognosis penyakit jelek
* Pada pemeriksaan bakteriologis selalu positif dan basil ditemukan dalam bentuk globi
* Gejala penyakit :
l  Lesi menyebar simetris, mengkilap berwarna keabu-abuan. Tidak ada perubahan pada produksi kelenjar keringat, hanya sedikit perubahan sensasi.
l  Pada fase lanjut terjadi madrosis (alis rontok), facies leolina dan muka berbenjol-benjol

Diagnosis laboratorium bahan pemeriksaan diambil dari :
* Kerokan lesi kulit
* Mukosa septum nasi
* Serum Reitz dari cuping telinga

Cara pemeriksaan dari kerokan lesi kulit :
* Kulit dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian dikeringkan
* Kulit diregangkan dengan tangan dan dikerok menggunakan skalpel
* Gelas obyek dilekatkan pada lesi kemudian dibiarkan mengering
* Sedian difiksasi,
* Dilakukan pewarnaan tahan asam

Penyakit dapat ditularkan melalui kontak langsung yang infeksius. Faktor yang mempengaruhi penularan adalah :
* Kontak intim yang dan lama
* Keadaan sosial ekonomi yang jelek
* Usia terutama 6 bulan – 20 tahun : paling banyk 2-3 tahun
* Jenis kelamin laki-laki > wanita
* Kepekaan individu

Pengobatan :
1.  Sebagai obat pilihan adalah DDS (diamin -difenil - sulfon), atau turunannya seperti dapson, prominsulfetron
2.  Obat yang lain, meliputi:
- oleumchaulmograe
- streptomisin,rifampisin
- clofazimin (bila telah resisten thd gol sulfon)

Pencegahan :
* Menemukan kasus secara dini
* Terhadap penderita aktif (di daerah endemis), dilakukan isolasi dan diberikan pengobatan sebaik - baiknya
* Pemberian DDS atau kemoprofilaksis pada anak - anak yang kontak
* Pemberian vaksinas BCG karena dapat    mengkonversikan tes lepromin negatif menjadi positif
Bentuk Klinis Infeksi
  Keterangan
Daya tahan tinggi
Tidak ada daya tahan tubuh
TT
BT
BB
BL
LL
  Lesi
1 / 2
Beberapa
Cukup banyak
Lebih banyak
Sangat banyak dan asimetris
  Basil pada pemeriksaan langsung
0
+ s/d ++
+++
++++
+++++
  Tes
+++
++
+
+ / -
0
























MIKOSIS
DIAGNOSIS
            1. Anamnesis
            2. Gambaran klinis
            3. Pemeriksaan laboratorium :
                                    - mikroskopis
                                    - biakan

PEMERIKSAAN MIKOLOGI
Spesimen : kerokan kulit
Pengambilan secara aseptis, ditampung dalam piring petri / kertas amplop sterilà biakan
Pemeriksaan mikroskopis langsung :
   . Spesimen + KOH / KOH + tinta parker BB
   . Kuku + KOH 30% / KOH + DMSO, tunggu 2 jam



HASIL
Dermatofita :
      . Hifa, artrospora, spora
Non dermatofita :                                                                                                                  
      . Yeast, blastospora, pseudohifa, hifa, spora


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           






Biakan : ditanam pada media
SDA / DTM atau SDA + olive oil
Dieramkan suhu kamar, 370 C, 1 - 2 minggu

  1. Koloni Mold :
      . Dermatofita             :  Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton
            . Non dermatofita      :  Exophiala, Scytalidium, Scopularopsis, Aspergillus,      Fusarium
      2.   Koloni Yeast
            . Candida, Rhabdotorula, Malasseria
              Uji kecambah, klamidospora, fermentasi, asimilasi, gula gula.

KESIMPULAN
1.      Pemeriksaan mikroskopis langsung dapat untuk menentukan adanya mikosis superfisialis : cepat, murah, sederhana.
2.      Penentuan jenis fungi penyebab penyakit, perlu ditanam pada media, membutuhkan waktu yang lebih lama.


















SOAL
  1. Mengambil specimen atau bahan pemeriksaan dari penderita dengan memperhatikan waktu pengambilan, cara pengambilan dan banyaknya sampel yang diambil di sebut dengan Pengambilan Sampel.
  2. Idealnya pengambilan specimen dapat dilakukan setiap waktu.
  3. Media Carry & Blair, merupakan media pertumbuhan untuk pengambilan spesimen.
  4. Pada medium Manitol Salt Agar, Staphylococcus aureus membentuk koloni besar, rough, berwarna kuning dan seringkali dikelilingi oleh zona berwarna kuning.
  5. Cara pemeriksaan dari kerokan lesi kulit untuk melihat Mycobacterium leprae secara mikroskopis dengan pewarnaan tahan asam.
  6. Diagnosis laboratorium bahan pemeriksaan untuk M.leprae dapat diambil dari kerokan lesi kulit, mukosa septum nasi dan serum Reitz dari cuping telinga.
  7. Pemeriksaan jamur,spesimen dapat diambil pula dari serum darah..
  8. Pemeriksaan mikroskopis langsung untuk jamur dapat diambil langsung dengan cara:
Spesimen  + KOH +DMSO
Kuku  +KOH 30% + Tinta parker.
  1. Untuk mengkultur jamur digunakan medium Sabaroud Dextrosa Agar yang dieramkan pada suhu kamar selama 1-2 X 24 jam
  2. Pemeriksaan mikroskopis langsung dapat digunakan untuk menentukan adanya mikosis superfisialis yang lebih cepat, murah dan sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar